PANGKEP SULSEL - Pegunungan yang dulunya hijau dan sejuk kini perlahan tampak gundul. Pemandangan ini bukan hanya mengubah wajah alam, tetapi juga menjadi tanda bahaya yang tidak boleh diabaikan. Ketika pepohonan menghilang, hilang pula benteng alami yang melindungi manusia dari bencana. Inilah saatnya kita mengakui bahwa kepedulian terhadap lingkungan bukan lagi pilihan, tetapi keharusan.
Demikian diungkapkan Ketua Dewan Pimpinan Daerah ( DPD) Jurnalis Nasional Indonesia ( JNI ) Cabang Kabupaten Pangkajene Kepulauan Provinsi Sulawesi Selatan Herman Djide di Kampung Parangluara Desa Bantimurung Kecamatan Tondong Tallasa seusai melakukan damplot pupuk cair organik BioSubur di areal persawahan tanaman padi Minggu (30/11/2025)
Dia menjelaskan kepada warga setempat bahwa Penghijauan wilayah pegunungan seharusnya menjadi prioritas utama. Tidak ada alasan untuk menunda, sebab kerusakan lingkungan berjalan lebih cepat daripada upaya pemulihan yang dilakukan. Setiap tetes hujan yang turun di tanah gundul membawa potensi ancaman seperti longsor dan banjir. Tanah yang dulu kokoh kini rapuh karena kehilangan akarnya.
Kita tidak bisa hanya berharap kepada pemerintah tanpa keterlibatan masyarakat. Penghijauan adalah tugas bersama yang membutuhkan sinergi antara semua pihak — pemerintah, komunitas lokal, pemuda, sekolah, hingga perusahaan melalui program tanggung jawab sosial. Kolaborasi inilah yang menjadi kunci keberhasilan pemulihan alam.
Sayangnya, selama ini kesadaran lingkungan sering muncul hanya setelah bencana melanda. Masyarakat kerap tergerak ketika sudah ada korban atau kerusakan besar. Padahal tindakan pencegahan justru jauh lebih murah, lebih mudah, dan lebih manusiawi dibanding penanganan pasca-bencana. Penghijauan adalah investasi jangka panjang yang keuntungannya dirasakan lintas generasi.
Kondisi pegunungan yang gundul bukan hanya masalah estetika, tetapi isu vital yang berkaitan dengan ketersediaan air. Tanpa pepohonan, air hujan tidak dapat meresap dengan baik ke dalam tanah, sehingga mata air perlahan mengering. Bila ini dibiarkan, bukan tidak mungkin wilayah yang selama ini subur akan berubah menjadi kering kerontang.
Selain itu kata Herman bahwa penghijauan juga memberikan nilai ekonomi. Tanaman produktif seperti cengkeh, pala, kopi, atau pohon buah dapat ditanam bersanding dengan tanaman kehutanan. Model agroforestry ini tidak hanya menghijaukan kembali gunung, tetapi juga memberikan penghasilan tambahan bagi masyarakat sekitar.
Namun, program penghijauan tidak boleh sekadar seremonial. Penanaman bibit harus disertai perawatan berkelanjutan, pemantauan, dan pemilihan tanaman yang tepat sesuai kondisi tanah. Terlalu banyak program yang hanya berakhir sebagai dokumentasi tanpa memberikan dampak nyata pada lingkungan.
Penting juga untuk mengedukasi generasi muda mengenai pentingnya menjaga alam. Mereka adalah pewaris bumi, dan tanpa pemahaman lingkungan yang kuat, siklus kerusakan akan terus berulang. Sekolah, komunitas pemuda, hingga kelompok pecinta alam dapat menjadi garda terdepan dalam gerakan hijau ini.
Pada akhirnya, penghijauan bukan hanya tentang menanam pohon, tetapi menanam harapan. Harapan agar alam kembali sejuk, air kembali melimpah, dan generasi mendatang dapat menikmati lingkungan yang lebih baik daripada yang kita tinggalkan hari ini. Pegunungan yang gundul adalah alarm yang memanggil kita — apakah kita memilih untuk diam, atau melangkah bersama menyelamatkan bumi.(Nurdin)

Updates.